Gawat! Konsumsi Ikan Asin Berisiko Kanker Nasofaring!

Jenis kanker ini dapat mengenai semua golongan usia serta berpotensi tuk menyebar dengan cepat ke kelenjar getah bening (kelenjar limfe) pada leher atau bahkan hingga paru-paru, hati serta tulang.

Penanganan kanker nasofaring hingga kala ini masih sangat rumit, karena gejala awalnya yang kadang kurang begitu jelas. Hal ini disebabkan lokasi anatomis nasofaring yang terlindung serta berada dibelakang hidung serta tenggorokan. Sehingga penanganan berdasarkan diagnosis yang kuat seringkali terlambat.


Penyebab pasti kanker nasofaring belum jelas diketahui, namun para ahli acap mengkaitkannya dengan faktor genetik, infeksi virus Epstein Barr serta faktor lingkungan. Virus Epstein Barr masuk melalui epitel nasofaring yang mempunyai resptor yang sesuai dengan virus ini, infeksi terjadi hingga sel limfosit serta selanjutnya akan mengakibatkan rusaknya sel B (lisis) serta menghasilkan viron baru yang menginfeksi ulang nasofaring.

Ho pada 1971 sudah menyatakan bahwa kebiasaan makan ikan yang diasinkan (salted fish) pada penduduk daratan Cina sebagai kemungkinan salah satu faktor penyebab timbulnya kanker nasofaring. Nitrosamin yang merupakan bahan alkilating merupakan kandungan yang terdapat dalam ikan asin. ialah Ho yang pertama kali melaporkan tingginya angka penderita kanker nasofaring pada masyarakat nelayan pada Hongkong yang banyak mengkonsumsi ikan yang diasinkan dengan cuman sedikit makan buah serta sayur segar.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Mimi yu yang melaporkan risiko peningkatan terjadinya kanker nasofaring sebanyak 7,5 hingga 37,3 kali lebih besar dibandingkan dengan kontrol, disaat mulai mengkonsumsi ikan yang diasinkan setelah masa menyusui serta dibawah umur sepuluh tahun.

Gejala-gejala kanker nasofaring diantaranya dalah :

    Gejala telinga.

Pertumbuhan tumor pada muara tuba eustachius pada dasar telinga akan menyebabkan rasa penuh pada telinga, berdengung serta acap diikuti dengan gangguan pendengaran. Pada kasus tertentu dapat berlanjut menjadi infeksi (otitis media serosa) hingga kebocoran membran timpani.

Gejala hidung.

Dinding tumor biasanya rapuh, sehingga pada radang ringan saja dapat menyebabkan mimisan pada hidung (perdarahan). keluarnya darah umumnya berulang-ulang, dengan jumlah sedikit serta bercampur dengan ingus, sehingga berwarna merah jambu. Pada pertumbuhan tumor kedalam rongga yang lebih dalam akan menutupi koana sehingga hidung akan terasa tersumbat, disertai gangguan penciuman dengan ingus kental serta berbau.

Pengobatan serta penatalaksanaan kanker nasofaring masih bergantung pada terapi radiasi (radioterapi) dengan atau tanpa kemoterapi. Hingga kala ini dosis radioterapi masih belum disepakati , beberapa peneliti menganggap yang terbaik ialah dengan dosis 6600 rad dengan dosis 200 rad tiap hari. Radiasi ini dapat dilakukan dengan cara radiasi eksterna (teleterapi) maupun radiasi interna (brachyterapi).

Kemoterapi juga cukup menjanjikan dalam pengobatan kanker nasofaring. Sangat dianjurkan pemberian dalam bentuk kombinasi.

Tindakan operasi cuman sedikit memegang peranan dalam pengobatan tumor ini, hal ini disebabkan lokasi tumornya pada bagian tengah (mid line) dari dasar tengkorak (basis cranii). Tindakan operasi umumnya terbatas pada teknik "cryotherapy" serta "piecemeal removal".

Comments