Inilah Bukti Kehadiran Allah

Nah, saudaraku. Kalau kita misalnya menyebut Allah sebagai "yang ketiga",kayak pada hadits tersebut, maka jangan membayangkan kita menjadi bertiga dengan Allah dalam bentuk sebagaimana kita sehari-hari. Karena Allahu Ahad tersebut tak berarti angka "satu" dalam bilangan kita.


Kalau angka satu bilangan kita dapat ditemui dari mana saja. Misalnya setengah ditambah setengah, dua dikurang satu, kayakga dikali tiga, atau dua dibagi dua. Satunya kita bisa penjumlahan, pengurangan, pengalian serta pembagian. Tapi Allahu Ahad tak bisa dari sisi mana pun.

Allahu Ahad berbeda dengan "satu"-nya kita. Maksudnya, Allah tak harus wujud. kayak sekarang saudara sedang membaca tulisanini, Allah pasti hadir serta menyaksikan. Misalkan kala membaca tulisan ini saudara sendirian, maka saudara bisa menyebut Allah sebagai "yang kedua".Saudara sedang berdua dengan Allah.

tak sulit bagi kita meyakini sesuatu yang tak terlihat. kayak udara serta gaya gravitasi, kita meyakininya ada meski tak tampak. Sama dengan elektron, proton, atau listrik juga tak tampak, mungkin baru terlihat ketika ada yang salah pegang kabel.

Untuk lebih jelasnya, saya akan menyampaikan sebuah kisah yang sudah acap diceritakan.Bagi saudara yang mungkin masih ingat, tak ada salahnya membaca lagi supaya kita tak mudah lupa tentang kehadiran Allah.

Suatu ketika ada seseorang yang terpelajar secara duniawi bertanya tentang tiga hal kepada orang-orang. Pertama, tentang bukti kehadiran Allah. Kedua, tentang apa sebetulnya takdir. Ketiga, tentang setan yang dicipta dari api serta dimasukkan ke neraka yang api juga, yang dianggapnya sebagai lelucon.

Setiap orang yang ditanyainya tak ada yang bisa menjawab. Sampai kemudian ada seseorang yang berkata padanya agar ia pergi menemui seorang alim pada sebuah kampung, "Insya Allah, beliau bisa memberi jawaban yang memuaskan Anda." Tapi orang yang terpelajar duniawi menganggap nasihat tersebut sebagai lelucon tambahan. "Orang kota saja ngga bisa jawab, apalagi orang kampung," katanya. "Dicoba saja dulu," jawab seseorang tadi meyakinkannya.

Singkat cerita, sampailah ia pada kampung serta bertemu orang alim yang dimaksud. ia langsung bertanya,"Kakek, tiap yang ada tersebut harus ada buktinya. Kalau Tuhan ada, apa buktinya? Lalu, apa tersebut takdir? Jangan-jangan cuma alasan atau dalih saja karena ngga berani menerima kenyataan. Dan, katanya setan dibikin dari api, tapi mengapa dimasukkan ke neraka yang api juga? Kan, api dengan api ngga berasa. Bagaimana, kek?"

Kakek alim berkata, "Mendekat ke sini, nak." Plakk Orang yang terpelajar duniawi tersebut ditempeleng. "Kakek! Kalau ngga bisa jawab, jangan emosi dong!" teriaknya kesakitan. "Maafkan saya, nak. tersebut tak menempeleng, tapi itulah jawabannya." Tapi ia masih tak terima, "Jawaban bagaimana, kek? Sakit ini!"

"Benar sakit?" tanya kakek. "Sumpah, sakit banget, kek!" Lalu kakek tersebut bertanya lagi, "Engkau yakin sakit tersebut ada?" "Yakin, kek!" Kakek tersebut kembali berkata, "Baiklah, kalau benar sakit tersebut ada, coba tunjukkan atau gambarkan saja kayak apa sakit itu?" Orang yang terpelajar mulai kebingungan, "Ya, pokoknya ada."

"Baiklah," lanjut kakek itu, "Apa sebelum ini engkau pernah bermimpi ditempeleng?" "tak," jawabnya. "Apa engkau merencanakan ditempeleng?" tanya kakek lagi. "Sama sekali tak." Atau, "mungkin engkau punya cita-cita ditempeleng?" "Amit-amit, nggalah kek." Maka, "itulah takdir," jelas kakek alim.

Lalu, "Ini apa?" kakek menunjuk telapak tangannya. "Kulit." Dan, "Di pipimu tersebut apa?" "Kulit," jawabnya lagi. "Jadi, kala kulit bertemu dengan kulit tadi bagaimana?" "Sakit, kakek," ujarnya yang masih kesakitan. Begitulah ketika setan dimasukkan neraka.

Nah, saudaraku. Kita harus yakin bahwa Allah selalu hadir, menyaksikan, mengawasi, serta menjaga kita. Jika saudara merasa masih ada ganjalan tuk meyakini kehadiran Allah, atau pertanyaan rumit semacamnya, saudara boleh menemui saya pada Daarut Tauhiid. Siapa tahu saya bisa menjadi jalan jawaban dari Allah tuk saudara, dengan mencoba mempraktikkan cara kakek tadi. Mudah-mudahan dengan cara ala kakek itu,saudara bisa lebih yakin.

Comments